JAKARTA, KONSEPNEWS – Di tengah dunia hiburan yang kerap dihiasi drama dan sensasi, Kriss Hatta kembali mencuri perhatian publik. Pada 2022, ia menjadi sorotan karena secara terbuka mengakui hubungan asmara dengan seorang perempuan yang usianya 20 tahun lebih muda darinya. Saat itu, Kriss yang berusia 34 tahun, menjalin hubungan dengan gadis berusia 14 tahun.
Pengakuan ini memicu kontroversi besar, bahkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ikut angkat bicara, menyoroti isu child grooming yang ramai dibahas media.
Namun, dalam sebuah wawancara baru-baru ini di Tebet, Jakarta Selatan, Kriss Hatta mengungkapkan bahwa hubungan tersebut kini telah berakhir.
“Udah selesai sama dia, nggak berjodoh itu juga. Saya ngerasa tidak berjodoh karena kita beda keyakinan juga,” ujar pria kelahiran 26 Juli 1988 itu.
Kriss juga mengklarifikasi bahwa hubungan itu memang nyata, tetapi beberapa cerita yang ia bagikan saat itu sengaja dibumbui untuk menciptakan daya tarik di media. Ia mengaku bahwa strategi ini adalah bagian dari gimik untuk meningkatkan popularitas.
“Pacarannya nggak gimik, tapi story di dalam pacaran itu baru (gimik),” tegasnya.
Kriss menjelaskan, di era media sosial saat ini, menciptakan sensasi adalah salah satu cara efektif untuk menarik perhatian publik. Baginya, gimik adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan seorang artis untuk tetap relevan.
“Dulu gue lama naiknya. Kalau nggak bisa bikin gimik, lo ajak artis lain buat digimikin. Itu strategi,” jelas bintang film Satu Hati Sejuta Cinta ini.
Meski begitu, Kriss mengakui bahwa pengakuan tentang hubungan tersebut menimbulkan banyak kesalahpahaman. Ia menyatakan bahwa cerita-cerita hiperbola yang ia tambahkan tidak sepenuhnya merepresentasikan apa yang sebenarnya terjadi.
“Pacarannya benar, tapi story saya menjelaskan, oh saya sama dia begini, begini, itu hiperbola aja. Apa yang terjadi dalam hubungan saya, nggak etis juga saya share semuanya,” pungkasnya.
Meski kontroversi ini telah berlalu, kisah Kriss Hatta menjadi refleksi tentang bagaimana media sosial dan dunia hiburan sering kali mengaburkan batas antara realita dan rekayasa. ***
