Green Islam: Kekuatan Nilai Agama dalam Aksi Lingkungan di Indonesia

by
foto: dok. ppim uin syarif hidayatullah jakarta

JAKARTA, KONSEPNEWS – Perubahan iklim telah menjadi tantangan global yang semakin mendesak, mendorong berbagai pihak untuk mencari solusi dalam menghadapinya. Di Indonesia, komunitas Muslim lokal memainkan peran penting dalam pelestarian lingkungan melalui inovasi berbasis nilai-nilai agama Islam dan semangat kemandirian lokal.

Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baru-baru ini meluncurkan hasil riset terbaru yang bertajuk “Inovasi Lingkungan Muslim Indonesia: Bagaimana Komunitas Lokal Berdaya?” yang mengungkap berbagai praktik lingkungan berbasis agama Islam yang telah diterapkan oleh masyarakat.

Penelitian ini merupakan bagian dari proyek REACT (Religious Environmentalism Actions) yang bertujuan mengidentifikasi serta mendorong praktik lingkungan yang berbasis pada ajaran agama, khususnya Islam.

Studi ini dilakukan di tujuh provinsi Indonesia dan melibatkan 16 komunitas Muslim di tingkat desa, serta 103 informan yang terdiri dari 67 laki-laki dan 36 perempuan.

Dengan menggunakan metode wawancara mendalam, observasi lapangan, dan studi dokumen, penelitian ini menemukan bahwa keberhasilan praktik lingkungan tidak terlepas dari peran tiga faktor utama: partisipasi warga, keterlibatan institusi agama, dan inisiatif lokal.

Praktik Inovatif dalam Komunitas Muslim Lokal

Salah satu temuan penting dari riset ini adalah keberhasilan praktik lingkungan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat, terutama dalam pengelolaan sampah organik, konservasi air, serta penghijauan berbasis masjid.

Aktivitas-aktivitas ini tidak hanya berfokus pada upaya pelestarian lingkungan, tetapi juga dilandasi oleh pemahaman agama yang mendalam bahwa menjaga alam adalah bagian dari ibadah.

Menurut Testriono, Koordinator Riset PPIM UIN Jakarta, praktik-praktik sederhana namun berdampak ini dapat dilihat dari contoh pengolahan sampah menjadi pupuk kompos, pemanfaatan wakaf untuk penghijauan, hingga pengelolaan ekowisata berbasis nilai agama.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan niat yang kuat dan kesadaran lingkungan yang berbasis nilai agama, perubahan positif dapat terjadi meski dimulai dari skala kecil.

Green Islam: Menghubungkan Agama dengan Keberlanjutan

Riset ini juga menyoroti konsep “Green Islam” yang menghubungkan ajaran Islam dengan praktik keberlanjutan. Didin Syafruddin, Direktur PPIM UIN Jakarta, menjelaskan bahwa Islam mengajarkan pentingnya keseimbangan alam.

Pesan lingkungan yang disampaikan melalui mimbar masjid atau fatwa ulama terbukti mampu menggerakkan umat untuk bertindak. Temuan ini menanggapi anggapan yang selama ini berkembang bahwa Green Islam hanya eksklusif bagi kalangan terdidik atau masyarakat perkotaan.

Di tingkat desa, komunitas Muslim bahkan mengintegrasikan nilai agama dengan aksi nyata, seperti gerakan konservasi hutan dan sungai yang dipimpin oleh tokoh agama setempat.

Ecopreneurs: Menyatukan Lingkungan dan Ekonomi

Selain itu, riset ini juga menemukan tren ecopreneurs yang digerakkan oleh anak muda, yang mengembangkan inovasi ekonomi berbasis lingkungan. Inisiatif ini mencakup pengolahan sampah menjadi produk bernilai ekonomi dan pengembangan ekowisata berbasis komunitas.

Dengan demikian, isu lingkungan dan ekonomi dapat diatasi secara bersamaan. Namun, Prof. Dr. Suharko, Guru Besar Sosiologi UGM, mengingatkan bahwa meskipun gerakan berbasis komunitas ini berhasil, tantangannya adalah keterbatasan skala. Oleh karena itu, diperlukan replikasi inovasi secara sistematis dan dukungan kebijakan yang memadai.

Rekomendasi dan Langkah Strategis

Dalam rangka mendukung dan memperluas gerakan inovasi lingkungan ini, PPIM UIN Jakarta mengajukan beberapa rekomendasi strategis.

Salah satunya adalah penguatan kapasitas inisiator lokal melalui pelatihan inovasi lingkungan yang melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Agama.

Selain itu, mereka juga mendorong agar festival inovasi lingkungan diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mempromosikan praktik terbaik komunitas Muslim ke wilayah lain.

Pemanfaatan zakat dan wakaf juga dianggap sebagai sumber pendanaan yang potensial untuk proyek lingkungan berkelanjutan.

Diskusi Peluncuran: Sinergi Akademisi, Aktivis, dan Pembuat Kebijakan

Peluncuran riset pada 11 Februari 2025 di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta mengundang sejumlah tokoh penting dalam diskusi mengenai inovasi lingkungan berbasis agama.

Andhyta Firselly Utami, Founder Think Policy Indonesia, menekankan bahwa temuan PPIM ini penting sebagai dasar kebijakan nasional, mengingat inovasi lokal memiliki daya tahan yang tinggi karena tidak bergantung pada dinamika politik.

Sementara itu, Prof. Dr. Suharko menambahkan bahwa kecepatan kerusakan lingkungan tidak sebanding dengan upaya penyelamatan, sehingga diperlukan pendekatan holistik untuk menyelamatkan alam.

Ke depan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi banyak pihak untuk bekerja bersama dalam menjaga kelestarian bumi. san/*

No More Posts Available.

No more pages to load.